free page hit counter
reksadana syariah dan konvensional

Perbedaan Reksadana Syariah dan Konvensional Hingga Risikonya!

Jika masih bingung perbedaan dari reksadana syariah dan konvensional mari simak ulasan berikut. Reksadana bisa menjadi salah satu produk investasi untuk jadi pilihan dan cukup populer di kalangan investor. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa reksadana terdapat 2 jenis. 

Lalu apa pengertian dari reksadana kedua itu? Dan apa yang membedakannya? Reksadana syariah salah satu jenis reksadana yang terdapat di Indonesia. Tentunya antara syariah dan konvensional memiliki perbedaan. 

Di Indonesia, tidak hanya produk konvensional yang banyak digunakan, produk syariah pun banyak diminati dan menjadi pilihan untuk digunakan. Sebelum berinvestasi, ketahui apa pengertian reksadana, reksadana syariah dan konvensional serta perbedaan dari keduanya.

Pengertian Reksadana

Reksadana yakni sekumpulan modal atau dana dari seseorang yang disebut investor dan dana tersebut nantinya dikelola oleh Manajer Investasi (MI). Selanjutnya, MI akan mengelola uang tersebut ke dalam bentuk investasi di pasar modal seperti seperti obligasi, saham, atau pasar uang.

Pihak investor akan memperoleh profit dari dana yang telah diinvestasikan tersebut melalui pembagian dividen. Sementara MI sebagai pihak yang mengelola dananya akan mendapatkan biaya atas jasanya dari persentase yang telah ditentukan sesuai nilai aset. 

Pengertian Reksadana Syariah dan Konvensional

Reksadana terbagi menjadi dua, yakni reksadana konvensional dan syariah. Reksadana konvensional merupakan investasi reksadana yang bisa dilakukan di semua jenis efek keuangan dengan aturan-aturan investasi yang ditetapkan OJK. Jenis reksadana ini dikelola berlandaskan hukum bisnis modern yang berlaku di banyak negara.

Sedangkan reksadana syariah yaitu reksadana yang hanya bisa berinvestasi di efek keuangan tertentu yang sesuai dengan prinsip dan kaidah syariah. Tentunya prinsip dan kaidah tersebut memiliki batasan dengan aturan yang telah ditetapkan oleh OJK.

Perbedaan Reksadana Syariah dan Konvensional

Kedua reksadana tersebut pastinya memiliki perbedaan dalam beberapa hal. Adapun perbedaannya yaitu sebagai berikut ini:

1. Pembagian Keuntungan

Perbedaan utama yang terlihat dari Reksadana syariah dan konvensional yaitu dari segi pembagian keuntungannya. Untuk reksadana syariah prinsip pembagian keuntungannya yaitu sesuai dengan syariat Islam serta kesepakatan bersama. Hal yang dilarang yaitu riba, penawaran palsu, maysir, ikhtiar dan lain-lain.

Sementara reksadana konvensional pembagian keuntungan dihitung berdasarkan pertumbuhan suku bunganya. Tidak memikirkan aspek halal atau tidaknya, asal memperoleh keuntungan maka transaksi dapat dilakukan.

2. Tujuan Investasi Keduanya

Dari segi tujuan investasi memiliki perbedaannya. Untuk reksadana syariah tidak hanya memikirkan return semata, tetapi juga memikirkan dari segi Socially responsible Investment (SRI). Maksudnya yaitu bentuk strategi dengan memikirkan perolehan profit yang besar dan nilai-nilai kebajikan sosial.

Sementara untuk reksadana konvensional, tujuan investasinya hanya seputar memiliki atau mendapatkan return yang besar saja. Tidak dibarengkan dengan tujuan lainnya.

3. Pengelolaan Investasi

Reksadana syariah dikelola dan dipantau oleh OJK dan Daftar Efek Syariah. Perusahaan yang terdaftar di reksadana akan melakukan proses untuk ditinjau sebelum disetujui dan harus memenuhi syarat dan prinsip syariah. Total utang yang dimiliki perusahaan harus lebih kecil dari nilai asetnya.

Reksadana konvensional dikelola oleh bank dan investor dapat menginvestasikan dalam semua efek yang tersedia. Investor bisa memilih produk yang diinginkan seperti obligasi, saham, atau pasar uang sesuai dengan aturan OJK yang berlaku. Selain itu, tidak memandang perusahaan yang terdaftar di reksadana.

4. Return

Ini merupakan proses cleansing dari kegiatan halal dan haram. Untuk reksadana syariah harus melaksanakan proses cleansing, yaitu melihat apakah perusahaan mempunyai pendapatan tidak halal dalam proses bisnisnya. Pendapatan tidak halal erat kaitannya dengan riba yang bertentangan dengan hukum islam.

Sedangkan reksadana konvensional tidak melaksanakan proses cleansing. Jika telah sesuai dengan ketentuan investasi dari OJK, pihak MI sudah bisa melakukan transaksinya.

5. Pengawasan

Perbedaan selanjutnya yaitu dari segi pengawasan. Bagi reksadana syariah, Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang bertanggung jawab sebagai pengawas dan memastikan pengelolaan reksadana tersebut telah sesuai prinsip syariah.

Sementara untuk reksadana konvensional pengawasan sepenuhnya berada dibawah pihak OJK. Pengawasan ini disesuaikan dengan aturan pasar, kondisi perekonomian serta faktor lainnya juga . Akan tetapi, untuk aturan dari investasi reksadana tetap dikeluarkan oleh OJK sebagai pihak regulator investasi di Indonesia.

6. Akad atau Pengikatan

Reksadana syariah akan berlangsung jika tidak bertentangan dengan syariah. Dalam prosesnya terdapat pengikatan atau akad syariah yang meliputi musyarakah (akad kerjasama), ijarah (sewa-menyewa) dan mudharabah (akad bagi hasil).

Sementara reksadana konvensional, prosesnya tidak seribet seperti syariah. Produk reksadana konvensional menekankan kesepakatan tanpa memandang aturan halal atau haram.

Risiko Reksadana Syariah dan Konvensional

Setiap investasi memiliki risiko, termasuk instrumen reksadana sekalipun. Pada dasarnya, semakin tinggi return yang diterima maka semakin besar juga risiko yang diterima. Reksadana syariah yang memiliki return rendah yaitu Reksadana Syariah Pasar Uang dan yang return tinggi adalah Reksadana Syariah Saham.

Risiko yang sama juga terjadi pada reksadana konvensional. Semakin tinggi tingkat return-nya, maka risiko yang diterima juga besar. Begitupun sebaliknya, semakin rendah return yang diperoleh, semakin kecil juga risiko yang diterima.

Keuntungan Reksadana Syariah

Saat ini juga banyak yang investor lebih memilih untuk menggunakan produk reksadana syariah. Keuntungan atau poin plus dari menggunakan reksadana ini, diantaranya:

1. Halal

Produk reksadana syariah pastinya sudah halal karena pengelolaannya yang sesuai prinsip dan syariah. Investor akan terjamin dengan perputaran dana modal yang halal.

Investasi syariah pastinya mengikuti prosedur yang telah ditentukan yaitu adanya proses akad dari dua pihak dan dilakukan kesepakatan terlebih dahulu. Tentunya ini memberikan rasa aman bagi pihak pemodal.

2. Jelas

Berprinsip pada hukum dan tata cara syariat Islam, sehingga berpegang teguh pada pedoman kejelasan yang berlaku. Maksudnya adalah setiap pihak yang berinvestasi, memperoleh kepastian dan keterangan yang jelas sebelum dimulai atau dijalankan investasi tersebut.

Ini berguna untuk terhindar dari fitnah dari masing-masing pihak selama berlangsungnya investasi tersebut. Kedua belah pihak juga berhak mendiskusikan hal yang dirasa krusial dalam proses persetujuan investasi.

3. Tidak Adanya Praktik Haram

Dalam investasi syariah pastinya tidak terdapat praktik riba, gharar dan maisir, yaitu praktik yang bertentangan dari syariah islam. Pihak investor tidak mendapatkan kejelasan yang pasti dari keuntungan, kerugian dan lainnya jika menggunakan reksadana konvensional.

Jika investasi sudah selesai tetapi masih ada permasalahan dari dua pihak tentunya sangat merepotkan. Masalah tersebut seharusnya diselesaikan ketika proses masih berlangsung. Tidak adanya akad atau perjanjian di awal bisa menimbulkan praktik riba, gharar dan maisir.

Itulah penjelasan mengenai pengertian, perbedaan, risiko, serta keuntungan dari reksadana syariah dan konvensional yang bisa jadi bahan pembelajaran bagi calon investor. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi dalam reksadana, sebaiknya ketahui dulu seluk beluknya seperti apa. 

Tujuannya supaya tidak salah langkah ataupun mengalami kerugian di kemudian hari yang berakhir timbul rasa penyesalan. Memilih untuk berinvestasi pada reksadana syariah atau konvensional memiliki poin plus dan minusnya, dapat dilihat dari sisi perbedaan dari keduanya. 

Risiko yang diterima sama, jika ingin return yang tinggi maka juga akan memiliki risiko yang besar. Begitupun sebaliknya, jika ingin memiliki risiko yang kecil maka return yang diterima juga kecil.