free page hit counter

Jualan Mukena Bisa Cuan Lebar, Ini Caranya

Artikel diperbarui pada 29 September 2022.

Mardiyah, sosok sukses dari jualan mukena
Mardiyah, mantan karyawan bank swasta ini menjadi sosok sukses setelah jualan mukena. | Via detik.com

Setiap orang tua patut berbangga hati bila anaknya bekerja di perusahaan besar. Termasuk orang tua Mardiyah saat bekerja di bank swasta nasional.

Ia mengatakan bahwa pola pikir ayahnya itu istimewa.

“Bapak selalu menanamkan, sambil bekerja coba dipikirkan bagaimana cara mencari tambahan penghasilan yang nantinya dapat membuka lapangan pekerjaan,” kata Diyah akhir pekan lalu, seperti yang diposting, Selasa (9/2/2021).

Ia mengungkapkan bahwa ayahnya selalu mengajarinya bahwa uang datang kepadanya saat ia bekerja. Saat itu, Diyah tidak mengerti apa yang dibicarakan ayahnya.

Ia terus fokus bekerja di salah satu bank swasta terbesar di Indonesia. Pikiran ayahnya terus mengganggunya, dia terus berpikir dan mencari kemungkinan.

Baca Juga: Ide Bisnis Mahasiswa: Ini 5 Usaha Buat Kamu yang Masih Kuliah

Menurutnya, orang tuanya adalah orang-orang visioner yang selalu melihat ke depan peluang apa yang bisa dimanfaatkan.

“Saya punya 10 anak, masak nggak bisa berkongsi bikin suatu perusahaan. Kalau bisa diwujudkan ini bisa jadi ladang usaha keluarga besar dan membuka lapangan kerja bagi orang lain. Bisa dicontoh keluarga seperti Grup Aburizal Bakrie,” ujarnya mengenang.

Dari sana, Diyah dan adiknya Marfuah yang juga bekerja di bank swasta akhirnya menjalankan usaha lukis Mukena. Diyah bertanggung jawab untuk pemasaran sedangkan kakaknya bertanggung jawab untuk produksi.

Mukena dipilih karena jumlah pemeluk Islam di Indonesia cukup besar. Tentunya kebutuhan akan alat peribadatan seperti mukena akan terus bertambah. Kesempatan ini memang bukan berarti Omah Colet tidak akan menghadapi tantangan.

Baca Juga: 5 Komunitas Bisnis di Indonesia Paling Mantap Buat Belajar

“Di luar sana banyak yang produksi mukena. Nah di sinilah poin utamanya harus ada bedanya dengan mukena yang sudah beredar di luaran. Kalau hanya mengikuti yang sudah ada kita tak punya ciri khas dan bisa tenggelam oleh model yang sudah ada,” jelasnya.

Untuk membedakannya, Omah Colet mengecat kain dengan bahan yang sederhana dan aman. Bahan yang digunakan adalah kapas rayon atau kapas shantung yang tebal, halus dan sejuk saat digunakan.

Pewarna yang digunakan merupakan pewarna tekstil yang aman digunakan. Alat catnya menggunakan bambu yang dikocok di ujungnya sehingga berbentuk seperti benang kuas. Proses melukis ini dikenal dengan istilah dabbing yang artinya melukis.

Baca Juga: 10 Tips Dropship Untung Banyak, Dijamin Laris Manis

Mukena yang dibuat oleh Omah Colet sepenuhnya dibuat dengan tangan dan dibuat sendiri-sendiri, jadi tidak ada yang persis seperti mukena.

“Bisa jadi gambarnya mirip tapi tidak 100% sama persis karena tidak di-print, cap atau bahkan sablon,” terangnya.

Keduanya menemui kendala dalam pembangunan Omah Colet. Pada tahun 2007 lukisan Mukena yang mereka hasilkan masih belum terkenal dan kalah dengan sulaman Mukena.

Namun, informasi yang gigih dari mulut ke mulut, melalui jejaring pertemanan, arisan, kerabat, komunitas pengajian di media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan statusnya di WhatsApp juga menjadi cara Omah Colet untuk berkembang.

Mardiyah sukses jualan mukena lukis
Diyah berhasil membuka lowongan dan mempekerjakan karyawan. | Via detik.com

Akhirnya pada 26 September 2016, Diyah memutuskan mundur dari bank swasta dan fokus menjalankan bisnis Omah Colet.

Baca Juga: Jualan Online ke Luar Negeri dengan Shopify

Menurutnya, periklanan dan penjualan tidak bisa dipisahkan. Kedua poin ini harus dilakukan sesering mungkin, meskipun hanya berupa testimoni dari pengguna.

Ini terbukti efektif, sampai saat ini Omah Colet belum mempromosikan selebritis atau model promosi manapun, disahkan karena biayanya yang cukup tinggi.

Hal tersebut membuat harga mukena di Omah Colet terjangkau yaitu berkisar antara Rp90.000 hingga Rp250.000. Meski terjangkau, kualitas jahitannya rapi, kuat, besar, unik untuk dilukis, dan beragam warna yang menarik.

Omah Colet selalu berusaha untuk mengembangkan produk-produk baru agar pelanggan tidak bosan dengan model yang sama. Kini mukena juga harus punya nilai fashion walaupun modelnya sama, tapi motifnya harus lebih menarik.

Misalnya Omah Colet yang saat ini memiliki 30 model polkadot termasuk mukena polkadot biasa dengan berbagai jenis lukisan seperti lukisan tulip, bunga sakura, mawar, bunga sepatu, motif daun kemangi, lukisan abstrak, dan corak minimalis.

Ada juga mukena oles dengan kombinasi batik print, oleskan mukena berdasarkan gradasi warna, oleskan mukena dengan gradasi di tepi taburan pasir, gribigan, oleskan gigit (lidi) dan cat bunga serta garis warna-warni.

Pandemi COVID-19 juga memengaruhi produksi Omah Colet Mukena. Menurut Diyah, hal itu karena permintaan mukena yang menurun.

Baca Juga: 3 Peluang Usaha 2021 yang Masih Bisa Kamu Dongkrak

Kondisi pandemi ini memang berat bagi pelaku usaha, namun kami tetap optimis mukena lukis Omah Colet memiliki penggemar tersendiri, hingga kini usaha tetap berjalan namun permintaan mukena tidak sebanyak sebelum ada pandemi,” terangnya.

Saluran pemasaran Omah Colet baik offline maupun online. Ada dua tempat yang bisa dikunjungi untuk melihat koleksi Mukena, yaitu di Galeri Omah Colet di Perumahan Kota Legenda Dukuh Zamrud Bekasi. Lalu ada Toko Omah Colet di persimpangan tiga Toko Taman Legenda.

Omah Colet juga melayani pembelian dalam jumlah besar. Selain itu, ada kemungkinan menjadi reseller dengan syarat dan ketentuan yang ditentukan. Untuk yang ingin belanja online bisa buka halaman Facebook @omahcolet. Diyah mengaku beruntung sejak Omah Colet berdiri telah memaksimalkan penjualan online agar pandemi ini tidak menyulitkan hidupnya.

Baca Juga: Cara Jualan Online ke Luar Negeri Melalui Kerjasama

Diyah mengatakan, ada perbedaan besar antara menjalankan bisnis sendiri dan bekerja di bank.

“Saya membutuhkan waktu hampir tiga tahun untuk mengambil keputusan, akan tetap jadi karyawan bank atau punya usaha sendiri dengan segala risikonya. Saya lakukan paralel ketika itu, kerja kantoran sambil merintis usaha, berdoa saja tidak cukup, harus selalu berikhtiar saya yakin pasti akan ada jalan dan peluang,” imbuh Diyah.

Menurutnya, ketekunan, ketekunan, dan keuletan juga menjadi keharusan jika ingin menjadi seorang wirausaha.

 “Bahasa klisenya ya kita punya mental yang kuat, apa aja harus bisa dikerjakan tidak harus menunggu ada karyawan,” tambah Diyah sebagai penutup.

Nah, apa kisah Diyah ini sudah menginspirasi kamu untuk buka usaha?

Baca Juga: Cara Jualan Online ke Luar Negeri Melalui eBay