free page hit counter

8 Perbedaan Obligasi dan Saham, Instrumen Investasi Menjanjikan Masa Kini

Artikel diperbarui pada 27 April 2023.

Perbedaan obligasi dan saham cukup banyak meskipun keduanya sering dianggap sama. Masyarakat era modern sudah paham akan pentingnya investasi. Investasi sendiri merupakan kegiatan menghimpun dana untuk digunakan di kemudian hari dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih lagi.

Bentuk dan instrumen investasi sendiri beraneka ragam, dua diantaranya adalah obligasi dan saham. Bagi masyarakat awam, keduanya mungkin tampak sama, karena berupa dokumen. Tingkat popularitas dan keuntungannya pun bisa dibilang mirip-mirip.

Saham merupakan surat berharga yang menjadi tanda kepemilikan suatu perusahaan. Sementara, obligasi merupakan instrumen investasi berupa jual beli surat hutang. Perbedaan di antara keduanya memang cukup mencolok, cari tahu lengkapnya di sini!

Perbedaan Obligasi dan Saham

Dua instrumen investasi ini populer di kalangan masyarakat. Tentu ini karena keuntungan yang ditawarkan sangat menggiurkan. Meskipun sering dianggap sama, nyatanya keduanya memiliki perbedaan yang cukup menonjol. Apa saja?

1. Fungsi

Setiap instrumen tentu saja memiliki fungsi yang berbeda, tak terkecuali obligasi dan saham. Obligasi merupakan tanda bukti hutang antara penerbit dengan pemegang surat. Dimana penerbit merupakan pemilik hutang dan pemegang adalah investor.

Sementara itu, saham merupakan kepemilikan sebagian porsi perusahaan. Jadi, surat saham menjadi bukti sah kepemilikan sekian persen perusahaan. Dalam obligasi, surat bukan berfungsi sebagai kepemilikan porsi perusahaan, melainkan piutangnya saja.

2. Masa Berlaku

Perbedaan selanjutnya adalah dari segi waktu. Masa berlaku saham terbilang lebih lama daripada obligasi. Ini dikarenakan saham akan tetap menjadi milik investor sampai investor menjual saham tersebut.

Masa berlaku saham menjadi tidak terbatas selama perusahaan masih terus beroperasi dan menjual sahamnya di bursa. Sedangkan, obligasi mempunyai rentang waktu tertentu sesuai tanggal jatuh tempo hutang.

3. Besarnya Keuntungan

Nilai keuntungan yang akan didapatkan tentunya juga berbeda bila membeli instrumen investasi yang beda. Besaran keuntungan saham didapat dari jumlah kepemilikan saham dan melihat laba perusahaan.

Sedangkan, obligasi perlu membayarkan segala pokok pinjaman dan bunganya sesuai perjanjian atau kesepakatan awal. Biasanya, pemegang saham keuntungannya jauh lebih besar daripada obligasi. 

4. Pajak

Perbedaan obligasi dan saham berikutnya adalah nilai pajaknya. Pemegang saham akan menerima laba perusahaan atau dividen. Ini tergolong sebagai pendapatan dan akan dikenakan pajak. Namun, pajak akan dipotong otomatis saat investor mendapat dividen.

Sementara itu, obligasi masuk dalam biaya operasional perusahaan. Jadi, obligasi tidak dapat dikenakan pajak.

5. Resiko

Ketika memilih instrumen investasi, tentu harus memperhatikan manajemen resiko juga. Memegang suatu obligasi terbilang memiliki resiko yang lebih tinggi. Ini memang akan menguntungkan bila pihak penerbit mampu membayar hutang lengkap dengan bunganya.

Namun, bagaimana jika penerbit surat obligasi tidak mampu melunasi hutangnya? Tentu saja pemegang obligasi akan merugi dan bukannya untung, malah menjadi buntung.

Di sisi lain, bukan berarti saham tidak memiliki resiko. Pergerakan saham bergantung pada pendapatan perusahaan, sehingga penting untuk menganalisa laporan keuangan dan memantau berita harian perusahaan. Resiko bermain saham tergolong lebih kecil, apalagi bila investor memegang saham blue chip. Berikut rangkuman resiko obligasi.

  • Kemungkinan gagal bayar meskipun sudah jatuh tempo. Resiko ini bisa terjadi bila membeli obligasi di perusahaan swasta.
  • Adanya capital loss bila surat obligasi dijual lebih murah daripada harga belinya karena masalah perubahan suku bunga, ekonomi, politik, dan lainnya.
  • Obligasi sulit dijual dalam waktu singkat karena peminatnya lebih sedikit.

Sementara, resiko saham bisa dirangkum pada poin-poin ini.

  • Tidak ada dividen saat perusahaan mengalami kerugian.
  • Resiko suspend bila saham perusahaan diberhentikan oleh lembaga berwenang, seperti OJK dan BEI.
  • Kemungkinan delisting bila perusahaan sering terlibat kasus.
  • Resiko kebangkrutan perusahaan membuat dana investasi hilang.
  • Adanya fluktuasi pasar yang membuat harga saham berubah-ubah.

6. Hak Campur Tangan

Perbedaan obligasi dan saham berikutnya adalah terkait hak campur tangan dalam suatu perusahaan. Pemilik saham memiliki hak suara untuk mengubah atau melanjutkan kebijakan perusahaan. Bila jumlah kepemilikan sahamnya banyak, investor bisa diundang dalam rapat umum khusus pemegang saham.

Sementara, obligasi adalah surat hutang sehingga investor tidak mempunyai hal sekecil apapun atas perusahaan. Jadi, investor tidak dapat campur tangan dalam menentukan kebijakan perusahaan.

7. Kepastian Dividen

Dividen merupakan pembagian keuntungan perusahaan sesuai jumlah kepemilikannya. Ini hanya akan didapatkan oleh para pemegang saham. Jumlah dividen sendiri tidak menentu, karena bergantung pada laba perusahaan.

Sementara, obligasi tidak akan memberikan dividen sepeser pun kepada pemegangnya. Nantinya, pemilik surat obligasi akan mendapat pokok pinjaman beserta bunganya yang wajib dilunasi. Jadi, tidak akan terpengaruh terhadap untung atau ruginya perusahaan.

8. Kebijakan Likuidasi

Menjalankan suatu usaha tentu membutuhkan strategi dan perencanaan yang matang. Tentunya ini tidak mudah dan semua usaha memiliki potensi untuk bangkrut. Bagaimana jadinya jika perusahaan likuidasi.

Sebelumnya, ketahui bahwa likuidasi merupakan pembubaran perusahaan karena suatu alasan tertentu. Ketika likuidasi terjadi, perusahaan harus menyelesaikan berbagai urusan terlebih dahulu, seperti menagih hutang, melunasi, menjual harta, maupun memberikan sisa kepemilikan perusahaan kepada pemegang saham.

Bila perusahaan mengalami hal ini, pemilik hutang atau surat obligasi akan menjadi prioritas utama. Investor akan mendapat pengembalian modal dan bunga berdasarkan perjanjian di awal.

Sedangkan, pemilik saham akan mendapatkan keuntungan sesuai porsi masing-masing. Prosesnya mungkin akan memakan waktu cukup lama, karena perusahaan harus membayar hutang terlebih dahulu sampai lunas.

Persamaan Obligasi dan Saham

Meskipun ada banyak perbedaan, namun ternyata obligasi dan saham tetap mempunyai persamaan. Setelah melihat perbedaan obligasi dan saham, mari simak persamaannya.

1. Bentuk Dokumen

Baik saham maupun obligasi, keduanya sama-sama berbentuk surat berharga. Penerbitnya adalah perusahaan yang bersangkutan, seperti BUMN maupun perusahaan swasta. Seiring berjalannya waktu, bentuk kepemilikan ini bisa berbentuk cetak atau digital.

2. Menghasilkan Keuntungan

Saham dan obligasi merupakan instrumen investasi yang tentu saja menjanjikan keuntungan bagi para pemegangnya. Saham memberikan keuntungan melalui dividen atau pergerakan harga sesuai sentimen pasar. 

Sedangkan, obligasi memberikan keuntungan lewat pembayaran modal beserta bunganya. Meskipun menjanjikan keuntungan, keduanya juga sama-sama beresiko. 

3. Ada Hak Tebus

Sebagai instrumen investasi, tentu saja saham dan obligasi mengizinkan pemegangnya mendapat hak tebus. Hak ini berupa pilihan untuk menukar surat kepemilikan saham maupun obligasi dengan uang. Bila pandai melihat peluang, hak tebus ini akan mendatangkan banyak keuntungan.

Investasi sangat penting demi kelangsungan hidup di hari tua nanti. Dengan investasi sejak dini, bukan hal yang mustahil untuk merasakan financial freedom ketika sudah pensiun. Meskipun begitu, perlu disadari jika investasi juga memiliki resiko.

Maka dari itu, sebaiknya berhati-hati dalam memilih instrumen investasi. Perhatikan pergerakan pasar dan lakukan analisis mendalam sebelum melakukan suatu investasi. Apalagi, mengingat pergerakan pasar modal yang cepat dan dinamis.

Informasi seputar perbedaan obligasi dan saham sudah cukup membantu menentukan keputusan, mana instrumen yang paling tepat. Dalam berinvestasi, sesuaikan dengan kebutuhan dan jangan menggunakan uang untuk hidup sehari-hari. Pakai uang dingin agar lebih aman dan terhindar dari segala resiko yang tidak diinginkan.