free page hit counter

8 Resiko Usaha Gas Elpiji yang Harus Dipahami, Jangan Diabaikan!

Artikel diperbarui pada 7 Februari 2023.

Resiko usaha gas elpiji harus diketahui oleh para pedagang, agar toko dan tingkat penjualannya tetap aman. Apalagi saat ini, gas sudah hampir setara dengan kebutuhan pokok lainnya. Hampir seluruh masyarakat Indonesia menggunakan elpiji untuk memasak.

Pedagang gas harus memperhatikan tempat penyimpanan agar aman dari sumber api dan hal yang bisa menyebabkan ledakan. Jika diabaikan begitu saja, maka nantinya akan sangat berbahaya.  

Selain memperhatikan tempat penyimpanan elpiji, tingkat penjualan, dan untung ruginya pun harus diperhitungkan. Dengan mengetahui resikonya, maka penjual akan lebih aware dan paham terhadap produk yang dijualnya.

Oleh karena itulah, mari simak penjelasan terkait resiko berjualan gas elpiji yang harus diketahui penjual, diantaranya sebagai berikut:

1. Keselamatan Menjadi Terancam

Keadaan gas yang tidak baik kerap menjadi momok menakutkan bagi para penjual. Bisa saja gas tersebut sewaktu-waktu mengalami kebocoran, sehingga bisa menimbulkan kebakaran bahkan ledakan.

Maka untuk mencegah hal itu terjadi, harus selalu rutin mengecek kondisi tabung gas. Kalau bisa penjual turut serta mengawasi langsung distribusi tabung elpiji yang akan dijual.

Dengan tujuan untuk meminimalisir terjualnya tabung gas yang kondisinya kurang baik. Hindari tabung gas dari sinar matahari, dan sumber api guna mencegah terjadinya kebakaran bahkan ledakan.

2. Kemungkinan Rusaknya Tabung Gas

Saat ini sudah banyak warga yang menggunakan gas elpiji untuk memasak, otomatis permintaan akan meningkat. Semakin tinggi permintaan suatu barang maka pasti akan membutuhkan pasokan lebih banyak dari biasanya.

Untuk itu, perlu waktu untuk mengirimkan semua pasokan tersebut dari produsen ke toko eceran. Biasanya dalam proses distribusi, kebanyakan agen akan membawa tabung-tabung tersebut menggunakan truk.

Hal itu membuat tabung gas rentan mengalami kerusakan, terutama pada ukuran 3 kg. Sebab, ukurannya yang kecil sangat rentan untuk terbentur antara satu dengan yang lainnya sehingga mengakibatkan kerusakan.

Tabung gas yang rusak tidak akan laku dijual, karena konsumen cenderung menyukai elpiji dengan kondisi yang bagus. Tidak hanya itu, tabung gas yang rusak rentan mengalami kebocoran. Makanya penjual harus segera menukarnya dengan yang baru.

3. Modal yang Dikeluarkan Cukup Besar

Tentu saja bisnis elpiji membutuhkan modal yang tidak sedikit. Sebab, modal tersebut dipergunakan untuk menyetok barang dan menjualnya kepada konsumen.  Apalagi setiap tahunnya harga elpiji mengalami kenaikan sehingga mempengaruhi modal yang harus dikeluarkan.

Agar modal yang dikeluarkan tidak langsung membengkak, sebaiknya penjual tidak menyetoknya terlalu banyak. Bisa dengan mencicil sedikit demi sedikit stok tabung gasnya seperti pengecer. Jika sudah habis, maka bisa membelinya kembali.

Dengan melakukan hal itu akan membuat modal yang dikeluarkan tetap terkendali sehingga tidak akan memberatkan penjual. Lalu, secara bertahap penjual bisa meningkatkan kapasitas stoknya dan mengembangkan usaha menjadi lebih besar.

4. Proses Distribusi yang Kurang Lancar

Resiko usaha gas elpiji yang selanjutnya adalah proses distribusinya yang kurang lancar. Biasanya proses pendistribusian gas dilakukan dengan mobil truk.

Jika sedang mengalami cuaca yang sangat buruk seperti hujan yang tidak kunjung berhenti, maka akan sangat sulit untuk mendistribusikannya. Selain itu, ketersediaan stok gas yang minim juga bisa menjadi pemicu tidak lancarnya proses distribusi.

Agar tidak terjadi, disarankan untuk selalu mengecek stok yang tersedia setiap harinya. Pastikan untuk memesan tabung gas jauh sebelum stok benar-benar kosong. Jika tidak diatasi, penjual akan kehilangan pelanggannya karena pergi ke toko lain.

5. Proses Bongkar Muatan yang Mengganggu Orang Lain

Proses bongkar muatan tabung gas yang mengganggu orang lain juga termasuk resiko usaha gas elpiji yang harus diketahui. Hal itu dikarenakan prosesnya yang cukup lama dan juga menimbulkan suara bising dari tabung gas yang berbenturan.

Sehingga membuat tetangga di sekitarnya akan terganggu. Apalagi jika toko berada di pemukiman warga, pasti mobilitas jalan akan sedikit terganggu karena adanya mobil pengangkut tabung gas yang cukup besar.

Dengan ukuran mobil yang cukup besar, maka akan mengambil banyak ruas jalan. Akibatnya, jalan tersebut bisa mengalami sedikit kemacetan hingga menimbulkan kecelakaan.

Untuk meminimalisir terjadinya hal tersebut, maka sebisa mungkin membongkar muatan di luar jam istirahat agar tidak mengganggu warga sekitar. Bisa juga dengan memindahkan gas dengan cara dioper dari satu orang ke lainnya untuk meminimalisir kebisingan.

6. Sempitnya Jangkauan Penjualan

Tidak semua daerah mudah untuk dijangkau distribusi penjualan gasnya. Apalagi jika berada di daerah pedesaan yang cukup terpencil dan jauh kemana-mana.

Tentu hal itu menjadi resiko usaha gas elpiji yang harus diketahui dan dipertimbangkan sebelum memulainya. Hal itu dikarenakan pengangkutan dan pendistribusian tabung gas dilakukan menggunakan mobil besar.

Jika medannya sulit dilalui, maka hal itu akan menjadi hambatan bagi sang penjual untuk memasok produknya. Belum lagi stigma warga desa yang menganggap bahwa penggunaan gas elpiji sangat berbahaya.

Untuk mengupayakan, maka harus dilakukan sosialisasi terlebih dahulu kepada warga desa bahwa elpiji tidak berbahaya. Dan juga memberi tahu warga desa cara memasang gas dengan benar, serta mengatasi kebocoran jika sewaktu-waktu terjadi.

7. Sepi Pembeli

Meskipun saat ini banyak masyarakat yang membutuhkan gas, namun bukan berarti tidak ada kemungkinan resiko turunnya minat pembeli. Apalagi semakin banyaknya toko-toko penjual gas lainnya.

Hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa pelanggan berpindah ke toko lain dan membuat dagangan menjadi sepi kembali. Agar tidak mengalami penurunan konsumen, maka penjual harus menyediakan produk yang lebih variatif.

Misalnya dengan menjual berbagai perlengkapan gas, seperti regulator, selang, dan lainnya. Bahkan bisa menyediakan galon air, kompor, sembako hingga gas elpiji merk lain seperti Bright dan Ease.

Merk tersebut tidak jauh berbeda dari biasanya, malah kualitasnya jauh lebih premium dan masih jarang digunakan. Selain itu, perhatikan lokasi tokonya apakah cukup strategis atau tidak.

Jika dirasa tidak begitu strategis, disarankan untuk mencari tempat yang mudah dijangkau dan terlihat oleh banyak orang.

8. Langkanya Tabung Gas Elpiji

Resiko usaha gas elpiji yang terakhir adalah terjadinya kelangkaan tabung gas terutama yang ukuran 3 kg. Biasanya kelangkaan tersebut terjadi karena permintaan barang yang semakin tinggi, namun distribusi yang tidak memadai. Akibatnya barang menjadi langka, apalagi disaat hari-hari raya besar tiba.

Misalnya ketika natal, idul fitri, bahkan tahun baru pasti selalu ada lonjakan permintaan gas elpiji. Permintaan gas yang melonjak akan memperburuk kondisi.

Sementara konsumen tidak mau membeli gas ukuran besar karena cenderung harganya lebih mahal dibandingkan dengan ukuran 3 kg. Untuk menyiasatinya, penjual harus menyetok lebih banyak barang sebelum hari raya tersebut tiba.

Atau bisa juga untuk menyetok gas merk lain yang harganya tidak jauh berbeda dari biasanya guna meminimalisir penurunan penjualan.

Sekian penjelasan mengenai 8 resiko usaha gas elpiji yang harus diketahui dan dipertimbangkan ketika ingin memulai menjualnya. Dengan mengetahui berbagai resiko dari usaha gas ini akan membuat penjual lebih matang lagi dalam menyusun strategi.

Karena untuk membangun sebuah toko menjadi besar harus paham mengenai resiko dan pemilik harus turut andil dalam setiap prosesnya agar bisnis berjalan dengan baik. Pastikan bahwa distributor yang dipilih terpercaya dan memiliki kualitas gas yang baik.

Selalu turut serta dalam pengawasan pendistribusian agar meminimalisir terjadinya kerusakan tabung gas yang akan berdampak kerugian bagi toko. Carilah tempat usaha yang sekiranya strategis dan mudah dijangkau agar toko selalu ramai pembeli.